Catatan Kecil tuk Jiwa yang Gelisah

Tadi siang saya silaturahmi ke kost-an temen, sekalian nganterin sesuatu yang dia pesen beberapa hari lalu. Setibanya dikost-an kamipun ngobrol ngaler ngidul, orbrolan kami sempat terhenti karena tiba2 temen saya ada yang menelepon, belaupun meminta izin ke saya klo dia mo nerima telepon dulu, sayapun mempersilahkannya. Ketika menunggu, mata saya melihat sebuah buku mungil yang ada di atas meja, di cover buku tertulis “5 kiat praktis menhadapi persoalan hidup” dan tertera juga nama Abdulah Gymnastiar yang menunjukan bahwa beliaulah penulisnya. Sayapun mengambil buku tersebut kemudian mengangkatnya kearah teman saya yang masih asik bertelepon ria, diapun menganggugkan kepala, sebuah isyarat yang menandakan klo saya boleh membacanya.  Sayapun membacanya, tidak semuanya sih karna tidak lama kemudian temen saya juga mengakhiri teleponnya dengan menjawab salam. Obrolan kami yang sempat terpotongpun dilanjutkan kembali, setelah dirasa cukup, satu jam kemudian sayapun pamitan untuk pulang.

Sepanjang perjalanan pulang, pikiran saya kembali mencermati tentang kata2 yang ada dibuku yang saya baca secara sekilas tadi, ada perasaan menyesal, kenapa saya tidak meminjam buku tersebut untuk kemudian say abaca secara lengkap dirumah, tapi yah sudahlah, ga enak juga klo harus kembali lagi.

Ada kata-kata yang terekam dalam benak saya dari isi buku tersebut, kurang lebih kata-katanya begini;

Sesungguhnya yang jadi persoalan bukan masalah itu sendiri
melainkan bagaimana kita menyikapi masalah tersebut

Dipikir-pikir bener juga, terkadang kita suka mendramatisir sebuah masalah, seolah-olah masalah itu berat dan tidak mungkin bisa dipecahkan, masalah kecil dibesar-besarkan, dan lebih gawat lagi terkadang ada orang yang bangga dengan masalah yang di hadapinya karena dia menganggap bahwa masalahnya lebih komplek dan pelik jika dibandingkan dengan masalah yang dihadapi orang lain.

Kalau disbanding dengan saya, masalah dia itu tidak seberapa, udahmah kerjaan saya serabutan, saya harus bayar kontakan tiapa bulan, belum ini, belum itu…

Kayaknya dialah satu2nya orang yang paling malang didunia ini, orang lain bahagia semua. Nah ‘sikap’ mendramatisir inilah sesungguhnya yang jadi persoalan, bukan masalahnya itu sendiri..

Ada orang yang menghadapi pesroalan yang persis sama, sikap orangpun berbeda-beda. Ada yang kalut, bingung, gelisah, stres bahkan ada yang sampai mengakhiri hidupnya, dia kira dengan begitu masalah bisa selesai. Tapi ada juga yang sebaliknya, ketikan ia mendapatkan masalah ia menghadapinya dengan begitu tenang, mantap, bahkan seolah-olah menikmatinya..

Kita tahu bahwa hidup ini memang  tak mungkin bisa lepas dari yang namanya masalah; kapanpun, dimanapun, dengan apapun dan dengan siapapun, semua itu berpotensi menimbulkan masalah. Oleh sebab itu bersikaplah dengan bijak dan sewajarnya saja, tidak perlu berlebihan. Berkeluh kesah tidak akan merubah keadaan dari sempit menjadi lapang, justru sebaliknya bisa jadi malah menambah persoalan dan mempersulit diri, mendingan bersyukur aja dengan apa yng kita milik saat ini. Bukankah Alloh memberikan ujian kepada suatu kaum sesuai dengan kemampuannya?

Bersukur,
berprasangka baik,
dan menjadikan Allah sebagai satu-satunya penolong..

Insya Allah,
hidup kita kan bahagia
dan tentu saja lebih bermakna.. 🙂

:

About rach

an ordinary man with an extraordinary journey

Posted on June 1, 2010, in Uncategorized and tagged , , , . Bookmark the permalink. 4 Comments.

  1. cuma, memang terkadang kita tetap membutuhkan kehadiran orang lain untuk menyadari bahwa sumber masalah itu dari kita sendiri.. makanya that is what are friends for.. itulah manusia,, makhluk sosial

  2. Banyak orang yang mengeluhkan masalah tanpa menyadari dialah penyebab dari timbulnya masalah tersebut.

    Kalau mau bersabar, maka persibuklah diri!

    Laayukallifulloha Nafsan Illa Wus’aha

Leave a comment